ala Sang Maestro “ Abdurrahman bin Auf “
Sungguh banyak teladan yang dapat kita ambil dari napak tilas bisnis beliau. Salah satunya adalah pada aspek prinsip manajemen bisnis yang dipegang kuat dan diterapkan secara konsisten dan penuh komitmen. Beberapa prinsip manajemen bisnis beliau yang telah dibuktikan dan dicatat sejarah diantaranya adalah :
1. Berbisnis barang yang halal dan menjauhkan diri dari barang yang haram bahkan yang subhat sekalipun.
Keseluruhan harta Abdurahman bin Auf adalah harta yang halal, sehingga sahabat lainnya, Utsman bin Affan ra. yang juga pengusaha sukses dan sudah sangat kaya pun bersedia menerima wasiat Abdurahman ketika membagikan 400 Dinar bagi setiap veteran perang Badar. Ustman bin Affan berkata, “ Harta Abdurahman bin Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa selamat dan berkah”.
2. Keuntungan bisnis yang didapat dinikmati dengan menunaikan hak keluarga dan hak Allah, jihad fissabilillah.
Ketika Rasullullah SAW membutuhkan dana untuk perang Tabuk yang mahal dan sulit karena medannya jauh, ditambah situasi Madinah yang sedang musim panas. Abdurrahman bin Auf memeloporinya dengan menyumbang dua ratus uqiyah emas (1 uqiyah setara dengan 50 dinar) sampai-sampai Umar bin Khattab berbisik kepada Rasulullah SAW “ Sepertinya Abdurrahman berdosa kepada keluarganya karena tidak meninggali uang belanja sedikitpun untuk keluarganya”. Mendengar ini, Rasulullah SAW bertanya , “Apakah kamu meninggalkan uang belanja untuk istrimu ?”, “ Ya!” Jawab ibnu Auf, “Mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik dari yang saya sumbangkan”. “Berapa ?” Tanya Rasul. “ Sebanyak rizki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah.” Jawabnya. Subhanallah.
catatan: 1 dinar = 4,25 gram emas.
3. Menjadikan harta perniagaan sebagai sesuatu yang dikendalikannya, bukan yang mengendalikannya.
Abdurrahman bin Auf pernah menyumbangkan seluruh barang yang dibawa oleh kafilah perdagangannya kepada penduduk Madinah padahal seluruh kafilah ini membawa barang dagangan yang diangkut oleh 700 unta yang memenuhi jalan-jalan kota Madinah.
Perniagaan bagi bagi Abdurrahman bin ’Auf bukan berarti rakus dan loba, bukan pula suka menumpuk harta atau hidup mewah dan riya. Justru perniagaannya dijadikan sebagai suatu amal dan tugas kewajiban yang keberhasilannya akan menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berqurban di jalan-Nya. Semoga Jihad ekonomi yang kita lakukan di Ahad-net tercinta ini menjadikan kita semakin dekat dengan Sang Khalik..Waallahu alam bishowab
(JOS, disarikan dari berbagai sumber) ahadnet.com
0 komentar:
Posting Komentar
berikan komentar yang positif dan membangun sebagai proses belajar